Pages

Jumat, 23 Januari 2015

ASAL USUL ORANG REJANG

REJANG

Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti tentang masyarakat Rejang yang umumnya didasarkan pada Informasi-informasi dan cerita-cerita lisan turun-temurun dari orang-orang tua Rejang, karena tidak ditemuinya catatan tertulis, yang dapat dijadikan rujukan baik berupa manuskrip atau prasasti maupun catatan-catatan pribadi para pemimpin zaman dahulu atau orang tertentu dari nenek moyang orang Rejang. Seperti antara lain Jhon Marsden yang merupakan seorang serjana inggeris pada tahun 1779 M yang menulis buku dengan judul “The History Of Sumatera”, kemudian Mohammad Hoesein yang merupakan putra Asli Rejang dari anak pangeran Kota Donok Lebong pada tahun 1960-1966 M yang menjabat sebagai Gubernur Sumatera Selatan, dimana dituangkan dalam naskah yang berjudul “Tembo dan Adat Rejang Tiang IV”. Tak hanya itu DR hazairin Putra Bengkulu pada tahun 1932 dalam rangka penyusunan Desertasinya yang berjudul “De Rejang” yang kemudian dibukukan oleh M.A YAspan seorang serjana Australia dari Australia National University yang mengadakan penelitian pada tahun 1961-1963, yang dituangkan dalam bukunya “From Patriliny To Matriliny, Structural Change Amongst The Rejang Of Southwest Sumatera” serta yang paling terahir Prof DR Richard Mc Ginn, yang merupakan Guru Besar Ohio University, USA. 

           Namun dari keempat penelitian tersebut tidak ada satupun yang menyimpulkan secara konkrit tentang asal mula dari mana datangnya nenek moyang Suku Rejang, akan tetapi secara umum mengindikasikan suku rejang berasal dari india belakang (Semenanjung Vietnam) karena berdasarkan kepada teori tentang asal usul nenek moyang bangsa indonesia adalah para manusia perahu dari india belakang yang mencari daerah baru kepulauwan nusantara pada abat ke 2 M yang berlayar dari pantai barat sumatera, dan mereka menduduki sungai ketahun kemudian menetap dilebong yang waktu itu bernama Renah Sekelawi-pinang belapis, akan tetapi secara jelas, keempat penelitian tersebut hanya menyimpulkan bahwa orang Rejang berasal dari empat kelompok manusia yang ada di daerah Lebong yang mula-mula dipilih oleh para Ajai.

         Sedangkan penelitian yang terahir oleh Prop DR Richard Mc Ginn tahun 2006 menyimpulkan bahwa asal usul orang Rejang adalah daerah Tonkin Indochina, (India Belakang) yang sekitar 1200 tahun yang lalu melalui Kalimantan mereka pindah ke sumatera, pada waktu itu, mereka berlayar menuju serawak (Kalimantan Utara) dan sebagian menetap disana hingga sekarang keturunan mereka masih tetap berbahasa Rejang, dan disana juga ada sebuah sungai yang bernama sungai Rejang. Dari sana mereka berlayar melalui pulau Bangka dan Belitung, menuju memudiki sungai Musi kemudian menyimpang ke kanan memudiki sungai rawas hingga ke daerah yang paling hulu, sebagian ada yang tinggal di sana, terahir mereka memudiki sungai rawas dan menuju Gunung Hulu Tapus sehingga menetap disana.

       Teori yang diungkapkan oleh oleh Prop DR Richard Mc Ginn tahun 2006 ini ternyata sama dengan apa yang dicerita-cerita oleh orang tua Rejang bahwa nenek moyang Orang Rejang pertama kali tinggal di sekitar danau besar di Gunung Hulu Tapus. (salah satu naskah tentang ini masih disimpan oleh Bapak Rattama, yang merupakan Imam Desa Suka Kayo Kabupaten Lebong).
       Suatu Realitas, bahwa 7 desa Rejang di KEcamatan BErmani Ulu Rawas Kaupaten Musi Rawas, Yaitu Desa Kuto Tanjung, Desa Napal Licin, Desa Sosokan, Kelurahan Muara Kulam (Ibu kota Kecamatan) Desa Muara Kuwis (dekat Dengan desa Embong utara kecamatan Lebong Utara), Desa sendawar dan desa Karang Pinggan, yang merupakan salah satu bukti kebenaran teori di atas yang menyatakan bahwa “sebagian dari mereka ada yang tinggal di Rawas”.
Diperkirakan, setelah melewati masa yang lama mereka tinggal di dekar sebuah danau yang besar tersebut, anak keturunan mereka turun ke dataran rendah tapus di sebuah dusun Suka Negeri (sekarang) kemudian keturunan mereka menyebar dan akhirnya terdiri dari empat kelompok yang menetap di dusun, masing-masing dipimpin oleh Ajai. Empat kelompok inilah yang menjadi cikal bakal Rejang Tiang Empat lima Raja, yang sangat terkenal dalam nama Tembo Rajo.

 

SEJARAH MUARA KULAM

SEJARAH MUARA KULAM 

Kelurahan Muara Kulam adalah yang dahulu termasuk wilayah/desa terpencil di kabupaten musi rawas dan termasuk kedalam wilayah kecamatan rawas ulu, namun pada tahun 2002 kecamatan ulu rawas mengalami pemekaran sehingga tinggal kecamatan baru yaitu kecamatan Ulu Rawas, Muara Kulam Penduduknya terbanyak dari desa-desa lainnya sehingga Muara Kulam ditunjuk sebagai Ibukota Kecamatan Ulu Rawa, mulai sejak itu Muara Kulam yang awalnya sebuah Desa menjadi Kelurahan Muara Kulam Ibukota Kecamatan Ulu Rawas, semenjak Muara Kulam menjadi Keluarahan terlihat banyak sekali perubahan/kemajuan yang dibangun pemerintah serta fasilitas-fasilitas Kecamatan, mulai dari Kantor Camat, KUA, SATPOL dan Kantor dinas lainnya. Kantor Eks Desa dulu, direhab dengan bagus sehingga menjadi kantor Kelurahan yang menjadi pusat administrasi Lurah.

KECAMATAN ULU RAWAS
           Kecamatan Ulu Rawas merupakan kecamatan yang berdiri sekitar tahun 2002 hasil pemekaran dari Kecamatan Rawas Ulu, Kecamatan Ulu Rawas terdiri dari Desa Kuto Tanjung, Desa Napallicin, Desa Sosokan, Desa Muara Kuis, Desa Pulau Kidak, Desa Jangkat dan Kelurahan Muara Kulam sendiri yang merupakan pusat Administrasi Kecamatan Ulu Rawas, Kecamatan Ulu Rawas termasuk kecamatan yang berpotensi, memilki banyak kekayaan alam yang belum terjamah oleh tangan manusia, seperti jenis pertambangan : Emas, Batu Bara, Batu Besi, Timah dll, cuma batu besi dan tambang Emas yang sekarang sudah mulai di gali oleh pemerintah yang berlokasi di Desa Pulau Kidak, meskipun dalam skala kecil namun kekayaan lainnya belum ada kabarnya. tapi baru-baru ini ada berita akan dibukanya tambang Batu Bara yang berlokasi di Desa Kuto Tanjung tepatnya di Sungai Keruh, namuan berita ini belum diketahui akan kepastiannya, di Kecamatan Ulu Rawas Juga banyak sekali terdapat Objek wisata yang masih asri yang akan membuat kita meras terhipnotis akan keindahan yang tersembunyi dibalik ketertinggalannya, alhamdulliah semenjak Kabupaten Musi Rawas dipimpin Oleh Bapak Ridwan Mukti, kini Kecamatan ulu Rawas telah terbuka lebar infrastruktur yang akan membawa penghidupan bagi masyarakat Ulu Rawas meskipun belum di aspal, namun telah memudahkan Masyarakat berkomusikasi keluar daerah, jalan, tower sebagai teknologi canggih yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Ulu Rawas, dengan terbukany akses ke Kecamatan Ulu Rawas mampu membuat terbuka mata para orang-orang terhebat diaerah kita melihat betapa banyak sekali potensi yang tersimpan di Kecamatan Ulu Rawas, hal ini terbukti, dua orang tertinggi di Propinsi kita yakni pertama Bapak Syahrial Usman telah mengunjungi Kecamatan Ulu Rawas, dan tidak lama ini Yakni Bapak H. Alex Nurdin selaku Gubernur telah mengunjung Kecamatan Ulu Rawas bersama Bupati Musi Rawas, kedua petinggi tersebut terkagum-kagum dan memuji betapa kayanya Sum-Sel khusus Kabupaten Musi Rawas, mempunyai kecamatan yang selama ini orang belum tahu bahwa kecamatan Ulu Rawas memiki berbagai potensi yang bisa menjadi Aset terbesar bagi Wilayah kita,salah satu yang sangat mengagumkan adalah wisata yang terdapat di desa Napallicin dikenal dengan wisata Goa Napllicin, Goa Napallicin sebenarnya saudah lama dikenal oleh orang bahkan keluar negeri/mancanegara, hal ini terbukti pada bangunan yang berdiri di Kecamatan Rawas Ulu dan Desa Napallicin tetap dekat Goa Napallicin Kecamatan Ulu Rawas dengan diberi Nama KUBU LODGE yang dibangun oleh Wisatawan mancanegara, seingat penulis pada masa kecil dahulu setiap seminggu sekali pasti para wisatawan mancanegara mengunjungi Goa Napallicin (KUBU LODGE) selama seminggu kemudian gantilagi dengan para pengunjung mancanegara lainnya. namun nasip naas menimpa wisata tersebut, suatu musibah yang melanda perumahan mancanegara tersebut sehingga mebuat terbakar habis semua. semejak itu wisatawan mencanegara tidak ada lagi yang datang ke wisata tersebut, namun kami selaku masyarakat Ulu Rawas sendiri yang menjadi tradisi yang setiap hari-heri besar mengunjungi/memnuhi wisata kebangga masyarakat kecamatan Ulu Rawas. namun semenjak terbuka lebarnya infrastruktur jalan ke Kecamatan Ulu Rawas kembali di kunjungi oleh wisatan lokal baik dari daerah Ulu Rawas bakan dari luar daerah. pad kunjungan Gubernur Alex Nurdin, yang memberikan janji untuk membangun kembali Wisata Goa Napallicin. bahkan beliau meyakinkan bahwa wisata Goa Napalicin mampu memawa dampak yang lebih baik untuk Sumatera Selatan, beliau berjanji untuk membangun fasilitas di kecamatan Ulu Rawas dan Wisata Goa Napallicin dalam waktu dekat ini. dan juga Bupati Musi Rawas meluncurkan program baru untuk membangun Anggropolitan Distrik Di Kelurahan Muara Kulam Kecamatan Ulu Rawas.

Legenda dan Keindahan Goa Napallicin

Konon, menurut legenda yang dipercaya warga setempat, dulunya bukit tersebut adalah sebuah kapal yang terdampar. Kemudian lewatlah seorang pengembara sakti bernama Serunting Sakti atau Si Pahit Lidah. Melihat ada kapal yang terdampar, Si Pahit Lidah berusaha untuk naik ke atasnya namun tidak berhasil. Si Pahit Lidah pun menggumam, dan kemudian gumaman (sumpah) itu membuat kapal berubah menjadi batu. Goa Batu Napalicin yang berada pada ketinggian sekitar 20 meter dari jalan, di dalamnya terdapat lorong sepanjang lebih kurang 1,5 kilometer. Lorong itu menghubungkan empat bukit, Bukit Batu, Bukit Semambang, Bukit Payung, dan Bukit Karang Nato—orang setempat menyebutnya, Bukit Keratau. Lorongnya tidak luas, hanya bisa dilalui dengan cara merunduk bahkan tiarap. Jarak bukit itu dari ibu kota kecamatan sekitar 12 km, melalui jalan darat maupun sungai. Hingga kini, di dalam gua batu masih tersimpan sejuta misteri. Di bagian depan, pengunjung langsung disuguhi pemandangan yang artisik. Saat ini, para pengunjung yang umumnya wisatawan lokal, akan disuguhi budaya setempat berupa tarian dan lagu daerah. Diiringi. biola, seorang tetua menghibur pengunjung disertai anak-anak yang membawakan tarian menyambut tamu.
Memasuki lorong-lorong gua, kelelawar beterbangan. Titik-titik air dari atas gua memberikan kesan mistis. Apalagi, sesekali kelelawar beterbangan. Pada beberapa bagian memang gelap sehingga warga setempat memasang beberapa obor bambu. Di bawah cahaya temaram, keindangan berbagai sisi gua makin berbinar. Berbagai bentuk terlihat. Setidaknya kita butuh lebih dari empat jam untuk menikmati berbagai sudut gua. Pada beberapa bagian, cahaya menembus gua, terutama antara bukti yang satu dengan bukit yang lain. Celah-celah batu membiaskan bentuk artistik. Setelah menikmati Gua Batu Napalicin, kita masih objek wisata Air Terjun Sungai Kerali (Desa Napalicin) dan Air Terjun Batu Ampar, Desa Kota Tanjung. Lalu di Sungai Rawas, yang berada di sisi Gua Napalicin, dapat digunakan untuk berarung jeram karena arusnya yang deras dan beberapa rintangan alami juga terdapat di sepanjang sungai. Air terjun Batu Ampar adalah bebatuan dari napal yang terhampar secara bertingkat. Dulu, saat daerah itu masih alami, tempat tersebut sangat indah karena air terjunnya mengalir secara bertingkat-tingkat. Di hamparan batu napal, terdapat lobang-lobang kecil. Ketika sungai pasang, napal bertingkat tadi tenggelam oleh air. Tapi ketika sungai surut, banyak sekali ikan yang terjebak di dalam lubang. Masyarakat sekitar tinggal menangkap ikan yang terjebak di dalam lubang itu. Objek wisata ini mungkin bisa dijadikan alternatif, terutama bagi yang hobi berpetualang di alam yang masih asri dan perawan.